Surat Kecil Untuk Walikota
Kudengar dari mulut seorang ibu separuh baya...
Dia bilang,nasib suaminya sebagai buruh sangatlah sengsara...
Makan minum pas-pasan,janji hanyalah tinggal janji..
Bahkan mereka tidak tahu apakah besok ada makanan di rumah mereka
untuk merayu perut hingga makan siang..
Kulihat di jalanan perempatan...
seorang bocah kecil mengetuk dengan harap kaca jendela mobil berplat merah itu...
Dengan angkuh,ia membuka kaca jendela itu,lalu membuang kertas pembungkus makanan..
Seakan bocah kecil itu bisa menyambung nyawa dengan kertas sampah itu...
Kubaca di beberapa koran...
Ber Hadeline Besar,tentang seorang pejabat kota...
Dia bilang,ia akan melayakkan para buruh yang bekerja di kota Batam..
Namun,dimana omongannya DULU ?
Yang ia umbar ke penjuru kota...
yang ia gunakan untuk menyihir rakyat..
Wahai Pak Walikota..
Mungkin,surat kecilku tidak tergubris di banding
setumpuk surat perjanjian dengan para investor asing...
Tapi,izinkan ku sampaikan suara hati ku terhadap para buruh di Batam..
Izinkan mereka hidup senang berkecukupan...
jangan jadikan mereka sebagai sapi perah yang terus di peras terus menerus..
Aku tahu,aku baru hidup sebentar di Kota ini...
Aku juga tidak paham masalahnya secara spesifik..
Namun,wahai pak Walikota yang Bijaksana..
Pilihlah keputusan yang tidak mengkambing hitamkan segala pihak...
Jangan hanya memikirkan mencari benefit sebanyak mungkin...
Ku tahu PakWalikota tahu pilihan yang bijak..
Cipt.Fara Dhiba